On Love

by on

“Love is not a state, a feeling, a disposition, but an exchange, uneven, fraught with history, with ghosts, with longings that are more or less legible to those who try to see one another with their own faulty vision.”

Begitulah cinta menurut mbak Judith Butler, seorang profesor feminis kenamaan asal Amerika dalam esainya “Doubting Love”. Cinta seringkali adalah tragedi dan ironi. Seperti kisah cinta dua anak manusia, Romeo dan Juliet, karya penyair klasik Inggris, William Shakespeare. Cinta adalah kematian yang menggenapkan kehidupan.

Pada beberapa kisah, cinta seringkali adalah sebuah justifikasi akan obsesi. Seperti cinta yang diklaim oleh Humbert Humbert terhadap Dolores dalam novel Lolita karya Vladimir Nabokov.

Namun, tak jarang kita disuguhi oleh kisah-kisah cerita cinta yang penuh haru dan berakhir bahagia pada film-film romantic comedy ala Amerika, seperti 50 First Date atau Just Go with It.

John Keats, penyair romantisisme Inggris, pun mempertanyakan cinta pada puisinya “Modern Love”.

And what is love? It is a doll dress’d up
For idleness to cosset, nurse, and dandle
Hampir senada dengan Butler yang memandang cinta dengan penuh pesimistis dan sebagai sesuatu yang berpotensi mengguncang kewarasan manusia. Tapi betul juga, cinta kadang-kadang adalah senjata seseorang untuk berani mati. Seperti para tentara yang maju ke medan perang karena cinta akan negaranya atau ibu yang bertaruh nyawa demi janin yang belum pernah ditemuinya atau Jack yang rela mati demi Rose. Lalu, apa cinta menurutmu?
visit our website:
Donwload aplikasi Bahaso:
AppStore: bit.ly/BahasoApp
Follow Sosial Media Bahaso untuk konten lainnya:
FB: (Bahaso) bit.ly/BahasoFB
Twitter: (@Bahaso) bit.ly/BahasoTwitter
Instagram: (@bahasodotcom) bit.ly/BahasoIG
Youtube: (Bahaso) bit.ly/Bahaso

You may also like