Masih ingat dengan semantic shift?
Sebelumnya kita sudah membahas ameliorasi dan peyorasi. Pada artikel ini, kita akan membahas generalization atau yang disebut juga widening.
Generalization atau generalisasi adalah perubahan makna kata menjadi lebih luas. Makna suatu kata menjadi lebih inklusif daripada sebbelum-sebelumnya.
Contohnya, place yang berasal dari bahasa Latin dulunya berarti “broad street” yang berarti “jalan yang lebar”. Namun, maknanya lalu mengalami perluasan dari makna aslinya, kini place berarti “a particular city”, “a business office”, “a area dedicated to a specific purpose” hingga kini lebih luas lagi maknanya menjadi “area” atau tempat. Dog dalam bahasa Inggris dulunya mengacu pada jenis anjing tertentu, tapi kini digunakan untuk menyebut dog atau anjing secara umum.
Generalisasi bisa juga terjadi dengan melibatkan nama perusahaan atau trademark khusus. Di Amerika, bukannya menggunakan “photocopy” untuk menjelaskan aksi melakukan fotokopi tapi mereka menggunakan kata “Xerox” yang sebenarnya adalah nama dagang perusahan mesin fotokopi. “I am xeroxing the documents tomorrow”. Yang secara universal hampir digunakan adalah “Google”. Nama perusahaan mesin pencari tersebut telah umum digunakan sebagai kata kerja. “If you don’t know the meaning, you can google it up.”
Dalam bahasa Indonesia, kita tentu juga mengalami hal ini karena bahasa apapun itu pasti dinamis dan dipengaruhi oleh budaya penuturnya. Misalnya, ketika ingin membeli air botol mineral kita selalu menyebutnya dengan “Aqua” meskipun yang dijual sang pedang bukanlah Aqua. Aqua mengalami perluasan makna kata–seperti juga Xerox dan Google–yang tadinya hanyalah salah satu merk dagang air mineral kemasan, sekarang menjadi asosiasi air mineral secara umum.
Referensi:
https://aggslanguage.wordpress.com/semantic-change/